Post ADS 1
Opini  

Perjuangan Orang Bima Melawan Penjajah

BIMA, ntbnews.com – Pada tahun 1906 Belanda menerapkan pajak bagi rakyat kesultanan Bima. Kebijakan Belanda seperti itu ditentang oleh beberapa tokoh masyarakat Bima.

Rakyat Bima semakin benci kepada Belanda yang dinilai memeras keringan dan menghisap darah rakyat. Beberapa pemuka dari kampung ngali dan sekitarnya mengadakan Dengan bermarkas di kampung ngali dan sekitarnya mengangkat senjata melawan Belanda.

Peristiwa itu terkenal dengan perang ngali.(1908). Waktu itu antara lain: Haji Yasin Alias Hadji SE , Hadji Said dan banyak yang lain.

Ketika serdadu marsose Belanda dibawah pimpinan lLetnan Vastenour menyerang dan menyerbu kampung ngali orang ngali mengadakan dengan perlawanan hebat dengan mengandalkan siasat menjebak musuh masuk kolong jembatan Lira (Alat tenun) mengakibatkan tewasnya letnan Vastenour.

Belanda akhirnya meminta bantuan sultan Bima membujuk pimpinan rakyat tersebut. Walaupun demikian bukan berarti perlawanan rakyat selesai.

Di beberapa distrik terjadi perlawanan seperti perlawanan orang kampung dena , perlawanan Donggo dan lain (Ahmad Amin , (1971)

Orang Bima dengan keterbatasan melawan kolonial Belanda dalam kurun waktu yang sangat lama , dan banyak menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan.

Pada waktu menjelang berakhirnya perang Dunia I I sekitar awal tahun 1942 , pemuda-pemuda Bima dan Dompu Bersatu Melawan Belanda. Terjadi pertempuran antara pemuda Bima dan Dompu melawan Belanda di sori utu (Dompu) Kedua belah pihak menderita banyak korban diantaranya gugur seorang pemuda yang bernama Idris Hakim.

Dalam perang Dunia II Belanda di pihak yang salah dan jepang akhirnya mendarat di Bima pada tanggal 17 Juli 1942. Sejak itu harapan baru untuk hidup lebih baik sangat didambakan .

Dengan semboyan “Nippon Indonesia sama- sama “ Rupanya semboyan itu merupakan tipu muslihat baru dari jepang yang menganggap orang Indonesia sebagai saudara tua.

Pendudukan jepang selama tiga setengah tahun membawa orang Bima ke keadaan lebih menderita . Makanan sulit di dapat. Pakaian compang camping. anak anak menderita penyakit kudis . keamanan terganggu . penduduk mengungsi kehutan, berlindung dalam gua, kampung tak berpenghuni lagi, perang terus berlangsung.

Pesawat perang memuntahkan bom siang maupun malam hari. Bangunan banyak yang hancur.

Kalau di ambil dari perbandingan antara tiga ratus lima puluh tahun berdampingan dengan Belanda, dan tiga setengah tahun dalam pendudukan jepang, maka ada kenangan yang merupakan catatan sejarah tersendiri bagi anak negeri Dana Mbojo.(*)

***

*) Oleh : Akbar, Jurnalis ntbnews.com yang berada di Kota Bima.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi ntbnews.com.

*) Rubrik opini di ntbnews.com terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. 

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi ntbnews.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *