Mataram, ntbnews.com – Menanggapi Pernyataan K.H Yaqut Cholil Qoumas Gus Yakud yang dirilis dari TEMPO.CO, Jakarta. Pernyataannya dalam sebuah webinar yang digelar oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yaqut mengungkapkan bahwa “jabatan Menteri Agama bukan merupakan hadiah negara untuk umat islam secara keseluruhan, melainkan hanya untuk NU.”
Ketua Umum DPD IMM NTB, Miftahul Khair, menilai bahwa ucapan ini telah menunjukan bahwa ada yang keliru terhadap konsep yang dimiliki elit bangsa kita dalam memahami tugas pokok kenegaraan, yang harusnya berada sebagai pengayom dan pelindung bagi segenap agama dan masyarakat yang ada.
“Bukan malah sebaliknya menjadi pemicu perpecahan satu dengan lainnya, di samping itu ada narasi yang mencoba untuk mengadu domba antar umat beragama yang seakan-akan kita sedang berkompetisi mana yang terbaik diantara golongan satu dengan yang lainnya,” jelasnya Khair.
Dia menyebutkan, narasi eksklusif ini memicu perpecahan diantara umat beragama dan akan memunculkan kompetisi yang kurang sehat antar umat beragama, maka sebagai elit bangsa, harusnya terlebih dahulu menimbang segala apa yang diucapkan serta dilakukan demi menjaga kerukunan dan keselamatan bangsa yang kita yakni Indonesia.
“Karena berbangsa dan bernegara bukan hal yang main-main dan ajang untuk mengekspresikan diri semata, melainkan untuk pengabdian yang juga akan kita sama-sama pertanggung jawabkan pada rakyat dan Allah SWT” ujar Khair.
Kata dia, dalam menjaga keutuhan dan terjaganya kerukunan umat Beragama di bangsa dan Negara kita, maka kami anggap perlu jika Mentri Agama Republik Indonesia, K.H Yaqut Cholil Qoumas Gus Yakud merasa pas untuk menjadi Mentri Agama Hanya untuk Nahdatul Ulama Saja, maka kami sebagai anak muda mempersilakan atas pilihannya.
“Kami dengan Bismillah meminta kepada Presiden Republik Indonesia Ir. H. Jokowi Dodo untuk segera memecat dan segera mengganti Mentri Agama RI karena kami sangat yakin bahwa masih banyak figur yang terbaik dan berhati baik yang rela menghibahkan dirinya untuk membangun kerukunan dan keharmonisan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terlebih khusus kehidupan beragama,” bebernya.
Khair menegaskan, harusnya Mentri Agama itu dapat menghidupkan nafas keagamaan serta juga dapat menghidupkan narasi yang sehat tidak memecah belah. Dan apa yang diungkapkan oleh K.H Yaqut Cholil Qoumas Gus Yakud kami nilai sangat tidak elot sebagai elit bangsa dan ini sangat fatal, karena soal keselamatan bangsa dan keutuhan antar umat beragama.
Maka dengan demikian tumbuh dan terus lahirnya narasi-narasi yang dapat mengikis kebersamaan dan kebersatuan diantara kita sebagai satu bangsa terlebih soal keagamaan, maka dianggap perlu kita menghidupkan alam fikiran kita, serta ikut terlibat dalam bersama-sama menjaga bangsa yang bernama Indonesia ini dengan rasa cinta yang dikuatkan dengan ilmu pengetahuan yang mendalam sehingga tidak ada lagi sikap eksklusif terhadap golongan dan tidak ada lagi kelompok yang merasa diri paling hebat, paling benar, paling berkuasa di bumi yang bernama Indonesia.
“Karena setiap warga negara memiliki hak yang sama, serta di mata hukum, di mata elit bangsa semua kita rakyat Indonesia memiliki status yang sama, maka tidak ada lagi kelompok agama, suku, budaya yang dikucilkan, dipojokan demi kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok tertentu, tugas kita bersama menjaga Indonesia,” tutupnya. (*)
Penulis : Arif Sofyandi