JAKARTA-NTBNEWS.COM- Rektor Uhamka Jakarta Prof. Dr. Gunawan Suryoputro genosida kemanusiaan telah merenggut nyawa jutaan manusia di Jalur Gaza, Palestina.
Kondisi demikian, kata dia, hendaknya menghadirkan empati setiap orang untuk menolak segala bentuk penjajahan.
Gunawan menjelaskan bahwa penjajahan dan perampasan tanah warga Palestina telah mengakibatkan 15 juta warga negara tersebut kehilangan tempat tinggal.
Ia pun mengajak setiap individu warga negara dan pemerintah Indonesia melakukan perlawanan atas penjajahan dan genosida di Palestina.
“Sejalan dengan itu, amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengharuskan kita untuk ikut serta menghapuskan segala bentuk penjajahan di atas muka bumi ini dan ikut mendorong perdamaian abadi,” ujarnya,
Menurut dia, Israel tak hanya menjajah Palestina, tetapi juga melakukan genosida secara besar-besaran secara sistematis. Zionis Israel dinilainya ingin memusnahkan suku dan bangsa Palestina.
“Zionis Israel telah melanggar nilai kemanusian dan telah menjajah dengan membabi-buta,” ujarnya.
Gunawan pun menyampaikan empat poin untuk mendorong kemerdekaan bangsa Palestina.
Pertama, Indonesia memiliki hutang sejarah terhadap Palestina. Karena itu, pemerintah Indonesia mesti menentang penjajahan terhadap bangsa Palestina serta menjadikan kemerdekaan bangsa tersebut sebagai agenda utama dalam berbagai forum global.
Ia juga mendorong pemerintah Indonesia mendukung Afrika Selatan yang mengajukan gugatan di Mahkamah Internasional terkait genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel terhadap bangsa Palestina.
Kedua, peran masyarakat Indonesia menjadi energi penting dalam mendorong dunia untuk menyuarakan perlawanan atas genosida terhadap bangsa Palestina.
Ketiga, aksi demonstrasi untuk membela Palestina. Suara kritis terkait genosida di Palestina mesti menjadi poin penting dalam berbagai aksi tersebut.
Keempat, semua pihak perlu memperkuat literasi terkait penderitaan yang dialami bangsa Palestina, sehingga dapat memahami kezaliman yang dilakukan Zionis Israel terhadap bangsa Palestina.
“Literasi itu penting dibangun agar kesadaran kemanusiaan terus tumbuh. Dengan demikian, kita bisa bersama-sama memahami bahwa genosida ini sebagai musuh bagi setiap orang dan bukan saja Indonesia,” tutupnya. (*mk)