JAKARTA, NTBNEWS.COM- Hadir sebagai narasumber pada pengkajian PP Muhammadiyah Dr. Oki Setiana Dewi menyampaikan tema, Merangkul Seniman dan Menyapa Jamaah Digital, pada kesempatan itu ia menekankan pentingnya rebrending dakwah kultural Muhammadiyah. (19/03/24)
Sejaraah perkembangan islam tidak pernah terlepas dari peran organisasi islam pada Abad ke-20, organisasi islam inilah yang memotori lahirnya lembaga pendidikan islam mulai dari tingkat dasar samapai tingkat atas, tidak hanya itu organisasi islam juga menjadi panduan bagi umat untuk belajar agama islam.
“Maka dalam sebuah Dak’wah kita tidak boleh meninggalkan seniman dan tidak pula melupakan dakwah melalui digital”
Selain itu juga Oki menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan Alvara tahun 2019, Nahdatul Ulama adalah ormas dengan jumlah anggota terbanyak (39,4%), Muhammadiyah (7,4 %), Nahdatul Wathon (1,8%) hasil penelitian ini menunjukan bahwa dakwah kultural Nu yang sangat menarik bagi masyarakat, selain itu juga Denny JA merilis perbandingan NU dan Muhammadiyah pada tahun 2005 jumlah warga Muhammadiyah mencapai 9,4% dari jumlah penduduk Indonesia.
“Dakwah tidak hanya cukup dengan ilmu pengetahuan saja namun dakwah kultural yang di pelopori tokoh-tokoh organisasi islam kala itu dapat menyentuh jamaah secara langsung, dan masyarakat ikut merasakan solusi dan merasa dekat dengan kiyai dan ulama”
Oki Setiana Dewi juga menuturkan bahwa dakwah kultural upaya untuk membangun jamaah, Perlu membangun kerja artikulatif dalam mengembangkan dakwah
“Kerja artikulatif adalah kerja yang dilakukan terus menerus, membutuhkan waktu yang lama dan konsisten, sehingga kebelanjutan dakwah itu penting dilakukan”
Selain itu juga perlu wawasan lokalitas untuk membangun jamaah, supaya kita dapat mengetahui apa yang menjadi persoalan jamaah
“Maka Muhammadiyah perlu memperkuat dakwah kultural perlu diperkuat, budaya, kultur, komunitas kultur, komunitas digital ini harus menjadi bagian yang juga di garap oleh Gerakan Muhammadiyah kedepannya”
Dakwah digital Muhammadiyah dianggap perlu merangkul para seniman, dan dapat mewarnai digital karena para seniman ini memiliki massa dan fans yang banyak.
Memperkuat basis jamaah digital, karena saat ini digital menjadi rujukan utama bagi generasi milenial dan masyarakat luas, oleh karenanya Muhammadiyah sebagai organisasi moderat saat ini tertinggal dengan Gerakan digital yang dilakukan oleh salafi.
“Salafi yang anti Gerakan pembaruaan dan NU yang dikenal dengan Gerakan tradisional justru lebih cepat bermigrasi masuk ke Digital dibandingkan dengan Muhammadiyah yang dikenal dengan geran modernis dan berkemajuan” Ujarnya
Sebagai rujukan Wahyudi Akmalia seorang peneliti menguraikan bahwa NU dan Muhammadiyah besar secara populasi tapi gaungunya tidak terlalu besar di internet, sementaran Salafi memiliki populasi kecil namun gaungnya besar di Internet, dari sini Muhammadiyah dan NU tertinggal.
Pada kesempatan itu juga Oki Setiana dewi menguraikan bahwa generasi muda Nahdatul Ulama lebih menunjukkan ke moderattanya dibanding dengan anak muda Muhammadiyah di media, maka ini perlu di perhatikan untuk kedepannya bisa berbenah dan membangun plat from Gerakan dakwah digital secara maksimal.
Dalam penelitian Alfarah 2019 menyebutkan bahwa mayoritas umat islam membutuhkan ilmu fikih 58,2%, ilmu Muamalah 54,6%, ilmu tarih 28,6%.
“Anak muda juga perlu dilibatkan dalam mengembangkan dakwah kultural, mereka tumbuh dalam media baru yang sangat berbeda dengan organisasi sebelumnya, mereka punya masa sendiri, gaya komunikasi sendiri, media sendiri dan lainnya. Berdiskusi dengan anak muda akan memperkuat konsep dakwah kultural Muhammadiyah, terutama dalam menyapa audiens di media social” Tutupnya. (*mk)