Jakarta, NTBNEWS.COM- Kementerian Pertanian (Kementan) mengingatkan seluruh daerah di Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk meningkatkan kewaspadaan ketahanan pangan dalam menghadapi dampak El Nino.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, mengatakan bahwa fenomena El Nino di beberapa daerah harus disikapi dengan penuh kewaspadaan. Terlebih, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat ada sekitar 63 persen wilayah yang sudah mengalami kekeringan imbas El Nino hingga kini.
“Jadi ‘warning’ dari Pak Presiden Jokowi soal fenomena El Nino adalah sebuah bentuk kewaspadaan atas kondisi global. Di situ, El Nino bukan semata-mata soal kekeringan. Tapi, rantai pasokan pangan seperti beras biasanya mengalami kontraksi. Maka, yang kita harus lakukan adalah bagaimana kita bisa mengutamakan kebutuhan pangan secara mandiri,” ujarnya saat menerima kunjungan Jurnalis Parlemen NTB bersama Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB di Kantor Kementerian Pertanian RI di Jakarta, Senin (7/8/2023).
Ia menjelaskan ancaman kekeringan akibat El Nino cukup membuat pemerintah khawatir. Namun, Kementerian Pertanian, justru menyakini cadangan pangan dalam negeri masih cukup sampai Desember 2023.
“Dari data yang kita punya, Insya Allah, neraca cadangan pangan kita saat ini, ampai dengan Desember cukup aman,” kata Kuntoro.
Menurut dia, puncak El Nino sendiri disebut akan terjadi pada Agustus – September. Namun, saat ini untuk kecukupan pangan dalam negeri panen raya padi juga masih terjadi setiap bulan-nya. Lahan yang siap panen diperkirakan mencapai 800 ribu hektare dan 900 ribu hektar.
“Sampai hari ini setiap bulan-nya masih ada panen raya padi di seluruh Indonesia sekitar 800 ribu hingga 900 ribu hektare, mudah-mudahan ini menjadi kekuatan untuk kita tetap optimis, kekeringan harus kita hadapi,” kata Kuntoro.
Kuntoro menegaskan bahwa untuk mengantisipasi krisis pangan akibat El Nino, Kementan telah mendapatkan mandat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mempersiapkan penanaman padi di 500 ribu hektar di beberapa daerah.
“Jadi setiap daerah didorong untuk menambah penanaman padi sampa 1.000 hektare,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan memperkuat penanaman padi di daerah rawa yang masih ada air. Di antaranya di Lebak, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Sumatera dan Pulau Jawa.
“Ini adalah bagian dari kita memperkuat cadangan pangan yang harus booster sampai 100 ribu hektare,” katanya.
Menurut dia, percepatan musim tanam harus sudah mulai dilakukan para petani. Mengingat, mulai Agustus 2023, diprediksi El Nino menjadi dominan, dengan probabilitas 78-87 persen, di ikuti dengan ENSO-netral.
“Begitu panen hanya butuh waktu seminggu, keringkan dan bernafas dulu setelah itu harus langsung diintervensi jangan ada yang sampai 20 hari untuk mengejar sisa air. Ini karena yang rata-rata kita panen saat ini masih ada airnya jadi ini kita maksimalkan untuk musim tanam berikutnya,” ungkap Kuntoro.
Ia menambahkan, penguatan stok pangan harus mulai dilakukan. Hanya saya, secara umum stok pangan nasional masih mengalami surplus mencapai sekitar dua juta ton untuk komoditi beras. Tak hanya itu, lanjut Kuntoro, upaya antisipasi dan adaptasi El Nino di sektor pertanian yakni menggencarkan Gerakan Kejar Tanam (Gertam) 1.000 hektar/kabupaten untuk meningkatkan IP dan produktivitas serta promosi diversifikasi lahan agar juga mulai ditingkatkan.
“Selanjutnya lakukan pemetaan lokasi terdampak kekeringan dengan mengelompokkan daerah hijau, kuning dan merah. Berikutnya, percepatan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam, berikutnya, peningkatan ketersediaan air dengan membangun atau memperbaiki embung dan irigasi yang ada,” terangnya.
Kuntoro berharap dengan agenda yang cukup ketat dilakukan pada tiga bagian wilayah yang sudah di petakan pada setiap provinsi dan kabupaten. Mengingat, ada daerah hijau yang harus terus booster karena airnya masih cukup, ada daerah kuning yang airnya pas- pasan untuk itu harus kita bendung dan dimanfaatkan seefektif.
“Ancaman penyediaan pangan global terhadap saat ini dihadapkan pada isu krisis pangan, climate change bahkan El Nino. Jadi kita perlu waspada karena kondisi ini terjadi global. Bukan hanya ansih kekeringan. Kondisi gandum dan beras masing negara berbicara kebutuhan stok sendiri,” katanya.***