Post ADS 1

Korut-Iran Kembangkan Nuklir, Bangun Kerja Sama Buat Rudal Jarak Jauh

Proyek pengayaan uranium Iran. (The Times of Israel)

New York, Ntbnews.com – Laporan rahasia PBB menyebut Korea Utara (Korut) dan Iran kembali menjalin kerja sama dalam proyek pengembangan rudal jarak jauh. Kerja sama ini termasuk memperdagangkan bagian penting yang diperlukan untuk mengembangkan senjata itu.

Laporan PBB mengutip beberapa negara yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip dari CNN, Selasa (9/2/2021).

Korut diketahui berhasil melakukan uji tembak tiga rudal balistik antar-benua (ICBM) pada tahun 2017 dan mengarak ICBM baru yang sangat besar di acara publik pada bulan Oktober.

Sedangkan Iran tengah mengejar teknologi serupa dan persenjataan rudal balistiknya saat ini menjadi perhatian utama dalam perselisihan berkepanjangan Teheran dengan berbagai negara tetangga Arabnya dan Amerika Serikat (AS).

Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya telah menyerukan pembatasan senjata balistik Iran, tetapi para pemimpin Iran berulang kali mengatakan bahwa persenjataan itu tidak untuk dinegosiasikan.

Teheran tampaknya menyangkal bahwa mereka bekerja sama dengan Korut dalam teknologi rudal. Laporan tersebut termasuk komentar dari Misi PBB Iran, yang mengklaim pada bulan Desember lalu, Panel Ahli PBB diberi informasi dan data palsu mungkin telah digunakan dalam penyelidikan dan analisis Panel.

Baik Korut maupun Iran menjadi perhatian dunia internasional terkait program nuklir mereka. Laporan rahasia PBB yang sama menyebut rezim Kim Jong-un mempertahankan dan terus mengembangkan program senjata nuklir dan rudal balistiknya sepanjang tahun 2020.

Laporan oleh pengawas sanksi independen mengatakan, Pyongyang “memproduksi bahan fisil, memelihara fasilitas nuklir dan meningkatkan infrastruktur rudal balistiknya” dan terus mencari bahan dan teknologi untuk program tersebut dari luar negeri.

Laporan yang sama juga mengungkapkan, pasukan peretas Korut berhasil mencuri dana lebih dari Rp 4,2 triliun untuk “menghidupi” program nuklir Pyongyang.

Sedangkan Iran, secara bertahap “mengingkari” ketentuan dalam perjanjian nuklir 2015 setelah mantan presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 lalu. Langkah itu dibarengi dengan “kebijakan sanksi maksimum” terhadap Teheran.

Penarikan diri AS dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) tersebut membuat Iran kembali meningkatkan pengayaan uranium di fasilitas nuklir bawah tanah Natanz.

Teheran telah mulai memperkaya uranium ke kemurnian yang lebih tinggi, kembali ke 20 persen yang dicapai sebelum kesepakatan, dari maksimum sebelumnya 4,5 persen.

Kesepakatan itu menetapkan batas 3,67 persen, jauh di bawah 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. (sn/ln)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *