MATARAM, ntbnews.com – Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (Polda NTB) resmi menutup rangkaian pelaksanaan Operasi Ketupat Rinjani 2025 dengan menggelar kegiatan Analisa dan Evaluasi (Anev) akhir.
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Polda NTB untuk memperkuat strategi kepolisian berbasis evaluasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Evaluasi Operasi dan Tantangan Teknologi
Dalam acara yang diadakan di Ruang Presisi Polda NTB, dan diikuti secara hybrid oleh jajaran Dirlantas, Kasatgas, serta Kaopsres, kegiatan Anev dipimpin langsung oleh Kepala Biro Operasi (Karoops) Polda NTB, Kombes Pol Heri Sulesmono, S.I.K. Menurutnya, pelaksanaan operasi di wilayah NTB berjalan sesuai harapan meskipun dihadapkan pada kendala teknis.
“Secara umum, pelaksanaan Ops Ketupat Rinjani di wilayah NTB berjalan baik dan sesuai harapan. Meskipun sempat terkendala teknis pada aplikasi SOT saat supervisi Mabes Polri, hal itu tidak mengganggu jalannya operasi di lapangan,” ungkap Kombes Pol Heri Sulesmono.
Dinamika Kasus Kejahatan dan Pengamanan
Dalam evaluasi yang dilakukan, Polda NTB mencatat bahwa kejahatan konvensional masih mendominasi operasional. Data menunjukkan adanya peningkatan kasus kejahatan, yakni dari 90 kasus pada minggu pertama menjadi 103 kasus di minggu kedua.
Kendati demikian, sinergitas satuan dan strategi responsif tetap mampu mengendalikan situasi tanpa menimbulkan eskalasi yang berarti.
Pentingnya laporan dengan klasifikasi rinci juga ditekankan, terutama untuk jenis kejahatan 3C (curat, curas, dan curanmor). Hal ini bertujuan agar patroli dan pengamanan dapat terfokus secara lebih efektif pada daerah-daerah rawan.
Inovasi dalam Sistem Penyaluran Anggaran
Salah satu langkah inovatif yang diungkapkan oleh Polda NTB adalah kemajuan dalam sistem penyaluran anggaran operasi.
Dana operasi kini dikirim langsung ke rekening personel, sebuah bentuk transparansi dan akuntabilitas yang mengukuhkan reformasi internal di lingkungan institusi kepolisian.
Pengamanan Lalu Lintas dan Kinerja Dirlantas
Dalam pemaparan yang disampaikan oleh Kombes Pol Romadhoni Sutardjo, S.I.K., M.H. selaku Kasatgas Opsda Dirlantas Polda NTB, diketahui bahwa angka kecelakaan lalu lintas menunjukkan penurunan, yakni dari 28 kasus pada tahun 2024 menjadi 26 kasus pada tahun 2025.
Penurunan sebesar 7% tersebut menjadi sinyal positif atas peningkatan efektivitas pengamanan arus mudik.
Meski demikian, peningkatan angka korban meninggal mengingatkan pihak terkait akan risiko kecelakaan yang masih harus diantisipasi, seperti kelelahan pengemudi (micro sleep) yang menjadi penyebab utama kecelakaan.
Data juga menunjukkan bahwa kegiatan patroli dan pengawasan lalu lintas mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2025, jumlah kegiatan patroli mencapai 3.323 dari total 2.883 pada tahun 2024, menunjukkan kenaikan sebesar 15%.
“Ini adalah indikator nyata peningkatan keaktifan personel Polri di lapangan, sebagai bagian dari pelayanan publik,” ujar Kombes Pol Romadhoni Sutardjo.
Peningkatan Kualitas Pos Pelayanan
Evaluasi juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas Pos Pelayanan (Posyan) selama Operasi Ketupat.
Kombes Pol Romadhoni mengungkapkan bahwa belum semua posko menyediakan fasilitas tempat istirahat yang memadai. Hal ini dianggap penting untuk menekan potensi kecelakaan akibat kelelahan.
“Kami mendapati belum semua Posko menyediakan tempat istirahat, padahal ini penting untuk menekan kecelakaan akibat kelelahan,” jelasnya.
Harapan ke Depan: Transparansi dan Akurasi Data
Sebagai penutup kegiatan Anev, Kombes Pol Heri Sulesmono menegaskan pentingnya laporan operasional dilaksanakan secara akurat, jujur, dan bebas dari rekayasa data.
Ia juga menginstruksikan agar patroli di daerah rawan kejahatan ditingkatkan serta pelayanan publik terus dioptimalkan guna menjaga kepercayaan masyarakat.
“Transparansi, akurasi data, dan pelayanan publik adalah fondasi kuat untuk membangun kepercayaan masyarakat pada Polri,” tandasnya. (*)