MATARAM, ntbnews.com – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Hamzi Fikri, mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan kerentanan kesehatan mental di kalangan remaja di NTB.
Berdasarkan data terbaru, gangguan mental pada remaja di NTB dibagi menjadi dua kelompok usia, yaitu 10-14 tahun dan 15-19 tahun.
Pada kelompok usia 10-14 tahun, sebanyak 23 remaja telah terdiagnosa menderita gangguan mental, dengan jenis penyakit terbanyak berupa gangguan suasana perasaan (mood/afektif).
“Ini dialami delapan orang remaja,” jelas Hamzi Fikri, Jumat (25/10/2024).
Selain itu, beberapa jenis gangguan mental lain yang dialami remaja di kelompok usia ini termasuk Gangguan Mental Organik (GMO), skizofrenia, gangguan psikotik kronik, gangguan neurotik, somatoform, serta gangguan perilaku dan emosional masa kanak-kanak.
“Diagnosis lainnya termasuk gangguan depresif, gangguan cemas, anxietas menyeluruh, gangguan perkembangan bicara, depresi, dan skizofrenia paranoid,” tambahnya.
Untuk kelompok usia 15-19 tahun, terdapat 146 remaja yang terdiagnosa mengalami gangguan mental. Jenis gangguan terbanyak pada kelompok ini adalah skizofrenia dan gangguan psikotik kronik, yang mempengaruhi 47 remaja.
“Kondisi ini dialami 47 orang remaja,” ujarnya.
Jenis gangguan lain yang dialami remaja di kelompok usia ini meliputi gangguan mental organik, gangguan psikotik akut, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, somatoform, serta berbagai diagnosis lainnya seperti gangguan bipolar, skizoafektif, cemas, panik, dan skizofrenia hebefrenik.
Upaya Pencegahan dan Penanganan Gangguan Mental di NTB
Dinkes NTB aktif melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan terhadap masalah kesehatan mental remaja. Melalui kolaborasi lintas program dan sektor, Dinkes berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat dan keluarga terkait pentingnya kesehatan mental.
“Kami mengedukasi masyarakat hingga tingkat keluarga, melaksanakan skrining di sekolah, posyandu, dan tempat umum lainnya,” jelas Fikri.
Selain itu, pendekatan pengasuhan positif diterapkan pada keluarga pasien, serta memaksimalkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang tersedia.
Perhatian pada Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Kesehatan mental tidak hanya menjadi fokus di kalangan remaja, namun juga di lingkungan kerja. Menyadari pentingnya kondisi mental para pekerja, Dinkes NTB telah melakukan skrining kepada pegawai.
“Hasil skrining saya saja kemarin sedang saya tunggu dari RSJ. Bocorannya ada karyawan kita di Dinas Kesehatan yang mengalami depresi dan stres,” ungkap Hamzi Fikri.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental mereka.
“Masyarakat perlu memeriksa kondisi mental mereka, apakah bahagia atau tidak. Setiap orang yang terganggu mentalnya tidak bisa produktif. Orang yang stresnya saja sekarang malas ngapa-ngapain, produktivitasnya terganggu,” tegasnya.
Dengan perhatian dan kerja sama yang berkelanjutan, Dinas Kesehatan NTB berharap dapat membantu menurunkan kasus gangguan mental di kalangan remaja dan pekerja, serta menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental masyarakat secara keseluruhan.(*)