Bima, Ntbnews.com – Musawwir, pemuda asal Kabupaten Bima, memilih bergelut sebagai influencer salawat nasional. Hal ini sebagai media dakwah yang bertujuan memberikan motivasi kepada milenial supaya tak terkontaminasi pengaruh budaya barat.
Sejatinya ia bisa menjadi qari. Namun pelantunan ayat Alquran dengan nada yang khas itu sudah digeluti banyak orang. Musawwir pun memilih salawat sebagai media dakwah.
“Jadi, saya fokuskan di situ. Dengan orang-orang melihat saya bersalawat, mereka bisa termotivasi. Khususnya anak muda,” jelasnya baru-baru ini.
Kata dia, sebagian besar pendakwah berdakwah secara akademik dan intelektual. Pilihan menjadi pelantun salawat adalah upaya untuk mengisi kekosongan syiar tersebut.
Selama ini, Musawwir memilih fokus untuk kuliah dan aktif di organisasi kemahasiswaan di kampusnya. Meski dakwah melalui salawat sudah lama digelutinya, namun pengembangannya tergolong baru.
“Karena memang kuliah yang benar-benar saya prioritaskan dan juga di organisasi,” ungkapnya kepada Ntb News.
Melalui media dakwah itu, Musawwir ingin menarik perhatian kawula muda supaya termotivasi untuk gemar bersalawat.
“Milenial sudah sangat melenceng dalam religiusitas. Mudah-mudah dengan saya bersalawat bisa memberikan motivasi kepada pemuda milenial lain,” harapnya.
Selain bersalawat secara langsung, ia juga memilih media sosial sebagai wadah untuk berdakwah. Dia pun acap membuat konten untuk dibagikan di TikTok, Facebook, Instagram, dan YouTube.
Dari situ, Musawwir dikenali banyak orang sehingga sejumlah pihak berbondong-bondong mengundangnya untuk bersalawat. “Alhamdulillah banyak juga undangan offline,” katanya.
Ia mengaku sering diundang di berbagai kegiatan seminar nasional, beberapa pondok pesantren, serta kegiatan internasional.
Dia juga sering dipanggil untuk mengisi acara seminar-seminar nasional. Terakhir bersalawat di pesantren yang berlokasi di Bogor.
“Lalu tingkat nasional di Gerakan Koperasi Nasional (GKN). Kemudian tingkat internasional di kegiatan halalbihalal PPI Unisza Malaysia,” bebernya.
Pemuda kelahiran Desa Ngali ini juga tercatat sebagai mahasiswa semester empat di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI SEBI) Depok.
Musawwir juga aktif di berbagai organisasi kampus. Salah satunya sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia di bidang sosial dan masyarakat.
Di sela-sela kuliah, ia mengisi hari-harinya di masjid sebagai guru mengaji dan pembina anak yatim setempat.
Dia mengaku tak menyangka akan sampai pada tahap ini. Kata Musawwir, pencapaiannya tak luput dari doa dan pengaruh didikan kedua orang tuanya.
“Orang tua yang mengajarkan saya untuk selalu dekat dengan Alquran,” ungkap pemuda yang merupakan tamatan SMAN 1 Belo ini.
Pria ini lahir dari Rufi’ah dan M. Ali. Ayahnya berprofesi sebagai petani yang sangat megedepankan agama dan pendidikan. Dia mengaku tidak pernah lupa dengan pesan orang tuanya semasa awal menginjakkan kaki di Depok.
Orang tuanya berpesan agar Musawwir selalu aktif di masjid saat berada di tanah rantau. Ia diamanahkan untuk memakmurkan masjid.
“Saya pegang kata-kata itu sampai dikenal orang dan bisa menjadi motivasi untuk orang dan bisa membanggakan orang-orang di sekitar saya,” tutupnya.
Penulis: Nur Hasanah
Editor: Ufqil Mubin