MATARAM, ntbnews.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) memberikan perhatian serius terhadap kinerja Perum Bulog dalam menyerap gabah dan beras hasil produksi petani.
Hal ini dilakukan untuk memastikan petani mendapatkan harga yang sesuai dengan ketetapan pemerintah dan tidak mengalami kerugian akibat rendahnya serapan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, M. Taufieq Hidayat, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap lambannya penyerapan Bulog dibandingkan pengusaha swasta.
“Yang penting beras dan gabah petani bisa diserap oleh Bulog atau oleh pengusaha lain, selama harganya tidak di bawah harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah,” ujarnya.
Menurut Taufieq, pengusaha swasta saat ini lebih cepat dalam membeli gabah dan menawarkan harga lebih tinggi kepada petani dibandingkan Bulog.
Akibatnya, petani lebih memilih menjual hasil panennya kepada pengusaha yang memberikan keuntungan lebih besar.
“Tahun ini, Bulog menargetkan serapan sebesar 180 ribu ton gabah dan beras. Namun, jika melihat data tahun lalu, Bulog hanya mampu menyerap sekitar 60 ribu ton dari target 75 ribu ton, atau sekitar 7 persen dari total produksi beras dan gabah di NTB,” jelasnya.
Lebih lanjut, Taufieq menjelaskan bahwa terdapat kekurangan sekitar 15 ribu ton dari target tahun lalu. Ketimpangan ini berisiko membuat NTB tetap bergantung pada impor beras, mengingat pada tahun 2023 NTB mengimpor sekitar 17 ribu ton beras, setara dengan 24 ribu ton gabah.
“Kami khawatir jika lebih banyak gabah petani yang diambil oleh pengusaha luar daerah, maka Bulog hanya akan mendapat sisa-sisa. Tapi, kalau pengusaha swasta tidak membeli dan Bulog juga tidak menyerap, maka petani yang akan dirugikan,” tuturnya.
Pemprov NTB Dorong Bulog untuk Meningkatkan Serapan
Pemprov NTB berharap Bulog dapat meningkatkan efektivitas dan kecepatan dalam penyerapan gabah dan beras petani.
Hal ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani, serta mengurangi ketergantungan NTB pada impor beras.
“Kita harapkan kestabilan harga beras dan kesejahteraan petani dapat terjaga secara optimal,” kata Taufieq.
Dengan meningkatnya peran Bulog dalam menyerap hasil panen, diharapkan NTB dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan berasnya, sekaligus memberikan kepastian harga yang menguntungkan bagi petani. (*)