Post ADS 1
Daerah  

Pemkab Lombok Utara Dorong BUMD Kelola Penggilingan Padi Skala Besar

LOMBOK UTARA, ntbnews.com – Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) tengah mendorong terbentuknya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang fokus pada pengelolaan penggilingan padi atau gabah hasil panen petani setempat.

Langkah ini diambil sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan nilai tambah hasil pertanian di wilayah tersebut.

Selama ini, proses penggilingan padi di KLU masih didominasi oleh usaha kecil. Sedangkan penggilingan skala besar dilakukan di luar daerah, khususnya di Kabupaten Lombok Tengah.

Hal ini dinilai kurang optimal karena gabah dari KLU harus dikirim keluar daerah terlebih dahulu untuk diproses, sebelum akhirnya dikembalikan dalam bentuk beras.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) KLU, Tresnahadi, menjelaskan bahwa produksi gabah di KLU cukup melimpah dan telah mengalami surplus.

“Rata-rata produksi gabah kita sekitar 6 ton per hektare. Dengan luas lahan yang mencapai ribuan hektare, hasilnya bisa mencapai puluhan ribu ton,” ujarnya, Selasa (20/5/2025).

Namun demikian, keterbatasan fasilitas penggilingan padi berskala besar masih menjadi tantangan utama. Tresnahadi menambahkan, saat ini gabah petani KLU sebagian besar dikirim ke Lombok Tengah untuk digiling karena tidak adanya heler berskala besar di KLU.

“Biasanya dikirim ke Lombok Tengah, karena di sana juga tempat penggilingannya. Karena kita tidak punya heler yang berkapasitas besar, hanya yang kecil-kecil saja,” ungkapnya.

Menurutnya, keberadaan BUMD bisa menjadi solusi ideal dalam menyelesaikan persoalan ini.

Pemerintah daerah berencana membangun fasilitas penggilingan padi skala besar, namun keterbatasan anggaran menjadi hambatan utama.

“Kalau kita hitung-hitung anggarannya besar sekali untuk heler skala besar ini. Mungkin ke depan BUMD yang menjadi garda terdepan untuk proses pengolahan itu,” terangnya.

Ia menyebutkan bahwa saat ini Pemkab KLU tengah mengaktifkan kembali BUMD agar lebih fokus pada sektor bisnis.

Tresnahadi optimistis jika BUMD memiliki heler sendiri, maka proses pengolahan bisa lebih efisien, mulai dari pembelian gabah, penggilingan, pengemasan, hingga penjualan kembali ke masyarakat.

“Misalkan dia punya heler sendiri dengan kapasitas besar, lebih bagus. Dia beli gabah petani, langsung diolah, bisa dikemas dan dijual lagi ke masyarakat,” jelasnya.

Sejauh ini, belum ada BUMD di KLU yang fokus pada penggilingan padi berskala besar. Beberapa BUMD yang sempat bergerak di sektor beras pun hanya memiliki skala kecil.

“Mudah-mudahan ke depannya bisa terlaksana dan BUMD bisa menjadi garda terdepan pengolahan gabah itu,” katanya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *