Bima, ntbnews.com – Akademisi dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima, Khairul Amar, merespons ide pariwisata berbasis olahraga budaya yang dikembangkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno.
Dia menjelaskan, pariwisata berbasis olahraga tergolong baru di kancah nasional. Ide ini pernah disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali saat Hari Olahraga Nasional (Haornas) dengan tema Sport Science, Sport Tourism, and Sport Industry.
“Artinya, bukan hanya pariwisata olahraga yang ingin dikembangkan oleh pemerintah pusat, melainkan ilmu keolahragaan dan industri olahraga,” beber Amar, Senin (15/6/2021).
Ia menegaskan, proses pengembangan pariwisata olahraga di Bima membutuhkan waktu yang lama. Sebab, hal utama yang perlu dilakukan adalah membangun kesadaran.
“Baik masyarakat, pegiat pariwisata (Pokdarwis), termasuk dorongan penuh dari pemerintah daerah dan pusat melalui berbagai bentuk kebijakannya,” saran dia.
Alumni Universitas Negeri Semarang ini juga menerangkan, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, serta pemerintah kabupaten/kota memiliki kewenangan penuh untuk mewujudkan pariwisata yang sesuai dengan kebijakan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
“Lebih khusus diterangkan dalam Pasal 23 poin C yang menegaskan bahwa memelihara, mengembangkan dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali,” terangnya.
Di sisi lain, jelas Amar, pemerintah daerah melalui Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPD) secara ekplisit dapat mengembangkan pariwisata olahraga berbasis budaya.
Kata dia, peluang pengembangan pariwisata olahraga juga sangat besar di Bima. Dasarnya, terdapat potensi alam seperti padang savana di Tambora dan berbagai potensi sumber daya budaya yang dimiliki masyarakat Bima.
“Lombok terkenal dengan potensi olahraga tradisional Paresean-nya. Sedangkan di Bima olahraga budaya untuk pengembangan atraksi wisatanya adalah seperti Gantao, Parise, Buja Kadanda, dan banyak lagi lainnya,” jelas dia.
Ia menegaskan, pemerintah daerah perlu mengidentifikasi olahraga tradisional yang ingin dikembangkan menjadi objek wisata budaya.
“Saya pikir perlu langkah-langkah strategis dari berbagai pihak agar Bima dikenal dengan ragam kekayaan budayanya,” ujar Amar.
Dia menerangkan, ada sejumlah tantangan dalam pengembangan pariwisata olahraga di Bima, di antaranya kesadaran masyarakat terhadap pariwisata perlu ditingkatkan, serta sebagian besar warga Bima belum memahami secara maksimal pariwisata olahraga.
“Kebersihan pada beberapa lokasi wisata juga masih belum terjaga dan tingkat keamanan masih rendah. Inilah yang harus kita prioritaskan,” tegas dia.
Kata Amar, Pemerintah Kabupaten Bima dan Pemerintah Kota Bima perlu melaksanakan seminar, workshop, pelatihan, dan aktivitas intelektual lainnya untuk memecahkan masalah tersebut.
“Sebagai langkah strategis dan sosialisasi pada pengembangan pengetahuan terhadap pariwisata olahraga berbasis budaya, agar dapat menjadi yang terdepan,” tutup Amar. (*)
Penulis: Arif Sofyandi
Editor: Ufqil Mubin