Bima, Ntbnews.com – Dalam menanam bawang merah terdapat proses yang cukup panjang serta memiliki teknik tersendiri supaya mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Budiman, seorang petani sukses yang berasal dari Desa Ncera, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, menjelaskan, dalam sekali tanam bawang bisa menghabiskan bibit sekitar 4 ton.
Pada saat diwawancarai tim Ntb News baru-baru ini, ia membeberkan langkah tepat yang diambil supaya menghasilkan bawang yang subur dan hasil panen yang melimpah.
Pertama, persiapan lahan dan bibit. Pada tahap ini, dia membersihkan lahan. Setelah itu lahan digarap menggunakan mesin. Kemudian mencangkulnya sampai berbentuk bedeng. Setelah itu lahan diratakan.
Tanah yang rata memudahkannya mengairi tanaman. Bedeng yang rata juga membuat air mengalir secara rata ke tanaman bawang. “Ini juga berpengaruh terhadap kesuburan tanaman,” lanjutnya.
Setelah lahan selesai dipersiapkan, barulah tahap penyiapan bibit. Umumnya para petani memilih bibit yang baru dipanen. Bibit itu dikeringkan selama beberapa hari.
“Sebelum dipotong, biasanya kami gantung dulu di rumah sampai kadar airnya berkurang. Itu sekitar tujuh hari sampai 10 hari,” jelasnya.
Setelah dijemur, bawang dipotong. Lalu dikeringkan lagi beberapa saat. Penjemuran ini bertujuan agar bibit yang sudah dipotong tak busuk.
Ketika mendekati waktu tanam, satu hari sebelum ditanam, biasanya ia mengaliri lahan dengan air dan memberikan pupuk tanah.
Sebelum ditanam, ia terlebih dahulu menyemprot lahannya. Tujuannya, agar tidak tumbuh gulma di bawang.
“Setelah semuanya selesai, lalu bawang itu ditanam,” lanjutnya.
Kedua, perawatan. Bawang yang telah ditanam akan kering dalam dua sampai tiga hari. Saat tanah sudah kering, Budi mengaku mengairinya.
Jika bibit yang digunakan sudah berbulan-bulan dikeringkan, maka bibit bawang yang telah ditanam akan muncul tunasnya setelah tiga hari berada di tanah.
“Kalau bibit yang kami tanam itu bawang merah yang baru dipanen, itu usia tumbuh daunnya sekitar 11-15 hari usia tanam,” ucapnya.
Ketika bawang berusia 11 hari, ia melakukan penyemprotan. Frekuensinya tergantung keadaan. Jika hujan sering turun, penyemprotan dilakukan dua kali dalam sehari.
Bila curah hujan tidak terlalu tinggi, ia melakukan penyemprotan bawang 2-3 hari sekali.
Dengan bibit sebanyak 4 ton itu, dalam sekali penyemprotan Budi menghabiskan 288 liter obat-obatan yang telah dicampur dengan air.
“Pada umur 16 atau 17 hari kami baru mengairi tanaman lagi. Setelah itu kami baru berani memberikan pupuk urea. Pupuk yang habis itu sekitar 100 kilogram,” jelasnya.
“Kemudian di umur 40 hari kami baru memberikan pupuk urea lagi. Kalau intensitas hujan tidak terlalu tinggi, kami menaburi pupuk ke tanaman sekitar 3 sak,” ujarnya.
Jika tanaman subur, bawang mulai berisi sekitar umur 60 hari. Sebaliknya, bila bawang kurang subur, isinya baru muncul di umur 50 hari.
Budi menjelaskan, saat bawang mulai berisi, ia memberikan obat khusus untuk daun dan isi. Pemberian obat ini akan mengakibatkan bawang busuk jika tidak dilakukan dengan benar.
“Tapi ada alasan mengapa beberapa petani tetap memberikan pupuk. Itu supaya isi bawang jadi berat,” bebernya.
Ketiga, panen dan pengeringan. Ciri-ciri bawang merah bisa dipanen apabila bijinya sudah terlihat besar. Dalam kondisi tertentu, ada juga biji bawang yang sudah besar, namun tunasnya masih muncul. Hal itu menandakan bawang belum siap dipanen.
Saat bawang berumur sekitar 70-72 hari, ia mengairi tanaman tersebut untuk memudahkannya mencabut bawang dari tanah.
Hal ini dilakukan sekitar tiga hari sebelum bawang dipanen. Tujuannya agar pada saat bawang digali, tanah tidak terlalu kering. Jika tanah kering, saat bawang digali, daunnya akan terpotong.
“Ini mempengaruhi berat bawang. Jadi, sebaiknya setelah tanah tidak terlalu kering, maka bawang bisa digali dari tanah,” ungkap Budi.
Pada tahap terakhir, ia mempersiapkan terpal, kayu, dan pipa. Perlengkapan ini digunakan untuk pembuatan “rumah” bawang yang telah diambil dari tanah.
Bawang yang sudah dipanen dikumpulkan selama beberapa hari agar kering. Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 10 hari.
“Bawang dikeringkan sekitar 10 hari jika bawangnya ditata menggunakan teknik ikat. Kalau dihampar, itu kurang dari 10 hari. Tergantung cuaca juga sih,” jelasnya.
Setelah itu, bawang diikat. Pengikatan ini bermaksud untuk memudahkan petani menimbang bawang. Berdasarkan pengalaman Budi, bawang yang telah diikat juga jauh lebih berat dibandingkan bawang yang tak diikat.
“Ini juga bermanfaat sekali di musim hujan. Maksudnya untuk menghindari rusaknya daun bawang. Manfaat lain, agar semua bijinya tidak terkena angin,” lanjutnya.
Sambil menunggu bawang kering, ada beberapa hal yang dipersiapkan. Salah satunya tali. Tali ini terbuat dari bambu yang dikeringkan sekitar dua hari.
“Jika diikatnya pada saat siang hari, biasanya kami sedikit menyemprotnya menggunakan air, supaya daunnya tidak mudah terpotong,” jelasnya.
“Waktu pengikatan itu bisa sampai dua hari. Setelah selesai semua, kami tinggal menunggu pembeli yang langsung datang ke sawah,” ungkap Budi. (*)
Penulis: Nur Hasanah
Editor: Ahmad Yasin