LOMBOK UTARA, ntbnews.com – Krisis air bersih yang melanda Tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air) menjadi perhatian serius, terutama di Gili Trawangan dan Gili Meno. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak sosial yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan di kawasan tersebut.
Air bersih, yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat dan pelaku usaha, kini menjadi isu krusial di tengah ancaman kelangkaan.
Kapolres Kabupaten Lombok Utara (KLU), AKBP Didik Putra Kuncoro, menyatakan pihak kepolisian terus memantau situasi di kawasan wisata Gili.
“Alhamdulillah situasi kamtibmas di wilayah Gili masih aman dan kondusif,” ungkapnya, Rabu (16/10/2024).
Pernyataan ini diharapkan mampu memberikan ketenangan bagi masyarakat dan wisatawan yang mengunjungi Gili Tramena.
Upaya Pemda KLU untuk Mengatasi Krisis Air
Saat ini, Pemerintah Daerah (Pemda) KLU tengah berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan distribusi air bersih, khususnya di Gili Trawangan dan Gili Meno.
Salah satu langkah yang diambil adalah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terkait izin perusahaan yang mendistribusikan air bersih ke kawasan Gili.
Hal ini diharapkan dapat mempercepat penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.
“Yang jelas, kami mendukung penuh apa yang menjadi kebijakan dari pemerintah daerah terkait pemenuhan kebutuhan air di wilayah Gili. Jangan sampai terjadi ketidaktertiban dan gangguan keamanan akibat kekurangan air,” tambah AKBP Didik.
Dampak Krisis Air Terhadap Ekonomi dan Keamanan
Krisis air bersih ini tidak hanya berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga menimbulkan efek buruk terhadap perekonomian lokal.
Aktivitas ekonomi di kawasan wisata Gili Tramena menjadi terganggu, dan keluhan dari masyarakat serta pelaku usaha semakin meningkat.
Akibatnya, banyak pengusaha terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran di wilayah tersebut.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Lombok Utara, Vicky Hanoi, menyebutkan bahwa ribuan karyawan yang bekerja di Gili Tramena menghadapi ancaman kehilangan pekerjaan.
“Ketika karyawan sudah tidak punya pekerjaan, maka kriminal akan meningkat. Janganlah sampai itu terjadi,” ujarnya.
Krisis air bersih ini berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat, sehingga upaya penyelesaian dari pemerintah pusat dan daerah menjadi sangat mendesak.
Jika tidak segera diatasi, dampak negatif pada sektor pariwisata, ekonomi, dan keamanan di Tiga Gili akan semakin meluas.
Pemda KLU diharapkan dapat segera menyelesaikan permasalahan ini demi menjaga stabilitas kawasan wisata yang menjadi andalan Kabupaten Lombok Utara.(*)