Bima, Ntbnews.com – Dua hari pasca kejadian penangkapan suaminya, Wulandari (26), tampak kembali melakukan aktivitas seperti biasa di Pasar Amahami, Kota Bima.
Sehari-hari ia berprofesi sebagai penjual kelapa parut dan jasa penggilingan tepung dan bumbu dapur.
Aktivitas itu terus dilakukannya meski tanpa sang suami. Kondisinya juga masih syok. Suaminya yang sudah lima bulan terakhir menemaninya mengais rejeki di pasar tersebut dibawa oleh tim Densus 88 lantaran ia diduga terlibat dalam jaringan terorisme.
“Sehari setelah kejadian itu, saya langsung jualan. Kalau enggak jualan, mau makan apa,” kata Wulan, Selasa (30/3/2021).
Walau sendirian, ia terus bekerja demi menghidupi tiga orang anaknya. Dan juga sebagai bentuk penegasan bahwa apa yang disangkakan terhadap suaminya tidaklah benar.
“Kami di sini sejak dari subuh, Mas. Suami saya juga itu jarang pegang HP. Kalau di rumah, dia hanya pergi salat saja. Kami seharian jualan di sini. Istirahat sebentar. Lalu balik lagi,” katanya.
Saat ditemui tim ntbnwes.com di lapaknya, dia menceritakan kronologis kejadian yang menimpa suaminya pada Ahad (28/3/2021) pagi.
“Saya lagi kerja. Suami saya juga sedang perbaiki mesin. Terus ada salah satu dari mereka datang dengan berdalih beli kelapa,” ungkapnya.
“Pas saya ambil kelapanya, dia jalan di belakang suami saya dan langsung memegang tangan suami saya,” lanjutnya.
Kata dia, penangkapan itu dilakukan tanpa perlawanan. Pria 28 tahun tersebut dibawa menggunakan mobil Sedan berwarna putih. Sejumlah uang dan satu unit telepon genggam turut diamankan.
“Waktu itu saya syok. Mereka banyak. Ada yang pakai motor dan ada juga yang pake mobil dengan pakaian bebas,” jelasnya.
Dia berharap sang suami segera dibebaskan karena ia begitu percaya bahwa suaminya tidak pernak melakukan perbuatan melawan hukum. Terlebih lagi, ketiga anaknya terus menanyakan bapaknya.
“Yang jelas kita tidak pernah merugikan orang lain. Enggak pernah merugikan negara. Kita hanya sibuk mencari nafkah,” katanya.
“Semoga suami saya cepat dibebaskan. Karena dia tidak pernah melakukan apa pun. Itu hanya alasan dari mereka saja. Agar masyarakat benci terhadap kita. Saya merasa dirugikan,” tegasnya.
Sementara itu, Abakar (41), yang merupakan juru parkir di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP), mengaku mendengar teriakan dari istri terduga teroris tersebut.
Waktu itu cuaca sedang mendung. Ia sedang merapikan motornya. Tiba-tiba terdengar teriakan seorang perempuan.
Dia berusaha mendatanginya. Jaraknya sekitar dua meter. Seketika Abakar dicegat oleh seorang pria yang mengaku sebagai polisi.
“Setelah itu ada datang petugas dari kepolisian,” bebernya.
Sebelumnya, pedagang dan pengunjung Pasar Amahami dihebohkan dengan penangkapan salah seorang pedagang pasar tersebut oleh tim Densus 88.
Hal itu terjadi sekitar pukul 06.03 Wita. Penangkapan terduga teroris ini sontak menyita perhatian para pengunjung dan pedagang di pasar tersebut. (*)
Penulis: Ikbal
Editor: Ahmad Yasin