MATARAM, ntbnews.com – Masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) dihebohkan oleh beredarnya informasi mengenai potensi gempa bumi bermagnitudo 8,5 yang viral di media sosial dalam bentuk potongan video. Isu tersebut memicu kekhawatiran luas, terlebih tanpa disertai sumber yang kredibel.
Menanggapi keresahan publik, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Sumawan, ST., MM., memberikan klarifikasi resmi.
Ia menegaskan bahwa Indonesia memang berada di zona pertemuan tiga lempeng utama dunia, yang menjadikan hampir seluruh wilayahnya rawan terhadap gempa bumi dan tsunami.
“Berdasarkan data Pusat Studi Gempa Bumi Nasional (PusGen) tahun 2017, wilayah NTB memiliki sumber gempa bumi aktif meliputi Sesar Naik Busur Belakang Flores di sebelah utara dan Zona Subduksi di selatan, serta sesar aktif lainnya di darat maupun laut,” jelas Sumawan dalam keterangan tertulis, Jumat (3/5/2025).
Zona Subduksi di selatan NTB diketahui memiliki potensi gempa dengan kekuatan besar yang dapat memicu tsunami.
Sumawan juga mengingatkan bahwa NTB pernah mengalami tsunami pada 19 Agustus 1977 akibat gempa M 8,3 yang mengguncang Teluk Awang dan Lunyuk.
Meski demikian, Sumawan menegaskan bahwa hingga kini belum ada teknologi yang mampu memprediksi waktu pasti terjadinya gempa.
“Hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa secara tepat, baik hari, tanggal, maupun jam. Jadi, apabila masyarakat menerima informasi gempa akan terjadi pada waktu tertentu, maka dapat dipastikan informasi tersebut tidak benar,” tegasnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya dan terus meningkatkan literasi kebencanaan.
Sumawan juga menekankan pentingnya mengandalkan informasi dari sumber resmi seperti BMKG.
“Kami BMKG Stasiun Geofisika Mataram siap melayani informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di wilayah NTB dan sekitarnya selama 24 jam setiap hari,” katanya.
BMKG mengajak masyarakat untuk mengikuti kanal informasi resmi seperti aplikasi Info BMKG, situs web, serta media sosial terverifikasi guna mendapatkan pembaruan data dan peringatan secara cepat dan akurat. (*)