LOMBOK TIMUR, ntbnews.com – Para nelayan di Lombok Timur terpaksa merelakan perahu mereka terparkir tanpa digunakan selama berbulan-bulan akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut.
Gelombang tinggi dan angin kencang yang terjadi sejak awal Agustus 2024 membuat para nelayan tidak bisa melaut, sehingga kehilangan sumber penghasilan utama mereka.
Abdul Hamid, seorang nelayan asal Dusun Montong Meong, Desa Labuhan Haji, Lombok Timur, mengungkapkan kekhawatirannya karena tak bisa melaut selama lebih dari sebulan.
“Sejak awal Agustus ini memang anginnya kencang, rata-rata nelayan di sini sudah tidak melaut lagi,” ujar Hamid, Kamis (12/9/2024).
Kondisi ini bukan hanya dialami Hamid, tetapi hampir semua nelayan di kawasan tersebut. Aktivitas melaut terhenti total karena kondisi perairan yang dianggap terlalu berbahaya untuk dilalui.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan bahwa cuaca buruk ini dipengaruhi oleh adanya sirkulasi siklonik di Samudera Pasifik utara Papua.
Angin permukaan di wilayah NTB bertiup dengan variasi arah dominan dari tenggara-selatan, dengan kecepatan angin maksimum mencapai 40 km/jam.
BMKG NTB juga mengeluarkan peringatan agar masyarakat waspada terhadap peningkatan kecepatan angin di wilayah tersebut, serta potensi hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang.
Wilayah yang berisiko terdampak antara lain Lombok Utara, Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa Barat, dan Dompu.
Cuaca ekstrem yang tak menentu ini sangat mempengaruhi kondisi ekonomi para nelayan di Lombok Timur. Mereka berharap agar cuaca segera membaik sehingga bisa kembali melaut dan memulihkan mata pencaharian mereka.(*)