MATARAM, ntbnews.com – Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, jumlah pasien yang meninggal akibat penyakit HIV/AIDS mencapai tujuh orang.
Data ini menimbulkan keprihatinan di berbagai kalangan karena HIV/AIDS terus memakan korban dan menuntut langkah penanganan yang lebih serius.
Penguatan Data dan Sistem Pencatatan
Kepala Dinkes NTB, Lalu Hamzi Fikri, menyatakan bahwa penguatan data dan sistem pencatatan pelaporan merupakan langkah fundamental untuk memastikan informasi yang akurat dan real-time.
Menurut Fikri, langkah-langkah pelaksanaan mencakup pelatihan serta pendampingan yang intensif.
“Pelatihan berkala dalam penggunaan aplikasi SIHA bagi pengelola program HIV di kabupaten dan kota serta petugas kesehatan di tingkat fasyankes mengenai pentingnya pencatatan dan pelaporan yang akurat dan tepat waktu menjadi prioritas,” kata Fikri.
Untuk itu, Dinkes NTB telah mengimplementasikan aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV/AIDS) dan metode pelaporan manual guna memberikan gambaran komprehensif mengenai situasi HIV di lapangan.
Monitoring dan evaluasi rutin di setiap fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) juga akan dilakukan untuk memastikan konsistensi serta akurasi data.
Optimalisasi Pencegahan dan Penemuan Kasus
Dalam upaya menekan jumlah kasus HIV/AIDS, Dikes NTB berkomitmen meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat dan memperluas akses layanan kesehatan yang ramah bagi penderita HIV/AIDS.
Fikri menjelaskan bahwa optimalisasi pencegahan dan penemuan kasus merupakan langkah krusial dalam memutus rantai penularan HIV.
“Fokus utama adalah memperkuat program skrining, penjangkauan, dan layanan kesehatan terutama untuk populasi kunci dan berisiko,” ujar Fikri kepada Inside Lombok, Senin (17/2/2025).
Upaya penemuan kasus meliputi:
Peningkatan Layanan Skrining: Layanan skrining akan diperluas cakupannya melalui puskesmas, rumah sakit, dan klinik-klinik di seluruh wilayah NTB.
Program PrEP: Program PrEP (Pre Exposure Prophylaxis) disosialisasikan sebagai langkah pencegahan. PrEP, apabila dikonsumsi dengan dosis yang tepat dan disiplin menggunakan kondom, dapat mengurangi risiko infeksi HIV hingga lebih dari 90 persen.
Penjangkauan Aktif: Penjangkauan kepada populasi kunci seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki, dan transgender akan ditingkatkan dengan melibatkan LSM dan komunitas yang telah berpengalaman di lapangan.
Penggunaan Klinik Bergerak: Klinik bergerak atau mobile clinics akan dikerahkan untuk mencapai daerah-daerah hotspot dan populasi yang sulit dijangkau. Layanan yang ditawarkan meliputi tes HIV, konseling, distribusi kondom, serta edukasi tentang pencegahan HIV.
Kolaborasi Lintas Sektor
Dinkes NTB juga menekankan pentingnya kerja sama dengan berbagai lembaga terkait.
“Kerjasama lintas sektor dengan sektor pendidikan dan pekerjaan juga akan dilakukan untuk mengadakan program skrining di sekolah dan tempat kerja,” tandas Fikri.
Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya tes HIV secara rutin dan pencegahan penularan HIV.
Selain itu, pendampingan bagi pasien yang telah terdiagnosis HIV/AIDS juga akan diperkuat guna mencegah penularan lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Langkah ini sejalan dengan program pemerintah pusat dalam menanggulangi penyakit menular serta mencapai target nasional dalam mengurangi prevalensi HIV/AIDS di Indonesia.
Harapan dan Tantangan ke Depan
Dinkes NTB berharap melalui berbagai upaya penguatan data, peningkatan layanan skrining, penjangkauan aktif, dan kerja sama lintas sektor, jumlah kasus HIV/AIDS dapat ditekan secara signifikan.
Selain itu, pengurangan stigma terhadap penderita HIV diharapkan dapat tercapai melalui edukasi dan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat.
Dengan penguatan sistem dan kerja sama yang lebih erat, Dinkes NTB optimis dapat menghadapi tantangan dalam penanganan HIV/AIDS dan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal bagi seluruh masyarakat di NTB. (*)