Bima, Ntbnews.com – Pandemi Covid-19 telah menghambat proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini dialami oleh sebagian besar para pelajar di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Karena itu, sejumlah perempuan di RT 06, RW 03, Dusun Ngira, Desa Kanga, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, mendirikan Taman Baca Masyarakat (TBM).
Nurasia, selaku inisiator pendirian TBM, mengungkapkan, belajar di rumah selama pandemi Covid-19 tak maksimal. Para pelajar lebih banyak bermain handphone dan menonton televisi.
“Harapan kami, dengan adanya TBM ini bisa merangkul dan membimbing mereka agar lebih giat lagi belajar dan membaca walaupun sedikit setiap hari,” ujar dia kepada Ntbnews.com baru-baru ini.
Pendirian TBM ini juga bermula dari keprihatinan Nurasia, Khairunnisa, Asriati, dan Hariani terhadap jaringan internet di Desa Kanga. Sementara para pelajar dituntut mengikuti pembelajaran jarak jauh.
Mereka kemudian mendiskusikan pembelajaran anak-anak saat pandemi. Ketiganya melihat para pelajar sudah larut dengan libur panjang. Mereka telah lama berada di rumah. Waktu para pelajar itu pun lebih banyak digunakan untuk menonton televisi, bermain handphone, dan bermain di kebun.
Sementara itu, anak-anak juga takut ke sekolah karena beredar informasi akan ada penyuntikan para pelajar agar terhindar dari virus corona.
“Lalu kami memberikan pemahaman kepada mereka agar mereka mau pergi ke sekolah. Kita berpikir bagaimana cara membangkitkan kembali semangat belajarnya anak-anak ini,” jelas Nurasia.
Kata dia, telepon genggam dan televisi seolah tidak pernah lepas dari keseharian anak-anak di masa pandemi Covid-19. Padahal dua benda itu membawa efek negatif bagi masa depan mereka.
Karena itu, kehadiran TBM sangat didukung oleh orang tua para pelajar. Bahkan beberapa orang tua secara rutin mengikuti bimbingan belajar di taman baca tersebut.
“Mereka berharap anak-anaknya lebih memanfaatkan waktunya untuk belajar agar lebih cerdas daripada main-main yang tidak mendukung (masa depan mereka),” kata Nurasia.
Ia menyebutkan, keberadaan TBM tidak bermaksud menggeser peran sekolah secara formal. Taman baca tersebut hanya berperan sebagai wadah belajar para pelajar di luar sekolah.
“Dengan begitu anak-anak bisa meningkatkan daya bacanya dan memiliki potensi menjadi orang yang berintelektual. Bukan berarti di sekolah juga tidak diajarkan,” ujarnya.
TBM dibuka setiap hari. Pada Senin sampai Jumat kegiatannya belajar membaca. Sedangkan Sabtu dan Minggu belajar menggambar, melukis, belajar di alam bebas dan pengenalan budaya serta tradisi masyarakat di Kabupaten Bima.
“Kami melihat potensi anak-anak ini dan inisiatifnya tinggi. Padahal TBM ini tempatnya sangat sederhana. Yaitu rumah panggung,” bebernya.
Cara belajar yang partisipatif dengan menggunakan tempat belajar di luar ruangan membuat anak-anak aktif menggali potensi mereka.
Kata Nurasia, anak-anak kemudian bersemangat meminta diberikan pekerjaan rumah, aktif membaca, bertanya, dan mau menerima bimbingan dari para pembimbing di TBM.
“Alhamdulillah mereka senang dan sangat mengharapkan wadah seperti ini untuk terus belajar,” katanya.
Semangat anak-anak memberikan dampak positif bagi proses pembelajaran di taman baca tersebut. Nurasia dan para pembimbing di TBM pun membuat program-program yang mendukung pengembangan para pelajar di Desa Kanga.
“TBM ingin mewujudkan generasi yang cerdas dan intelektual agar anak-anak ini meraih cita-cita mereka ke depan,” pungkas Nurasia. (*)
Penulis: Akbar
Editor: Ahmad Yasin Maestro