LOMBOK UTARA, ntbnews.com – Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan Bank Dunia menggelar uji coba diseminasi informasi dan respon kesiapsiagaan bencana di Kabupaten Lombok Utara (KLU).
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan instansi terkait dalam menghadapi potensi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami.
Simulasi ini digelar mengingat sejarah gempa besar yang melanda Lombok Utara pada 2018, yang menimbulkan dampak yang cukup masif.
Oleh karena itu, kegiatan ini menjadi penting untuk memastikan kesiapan teknis dan koordinasi antar lembaga dalam penanggulangan bencana, jika suatu kejadian serupa terjadi di masa depan.
“Harapan kita, dengan digelarnya simulasi ini, jika suatu saat terjadi bencana, baik dari segi tenaga maupun teknis, kami dapat menangani dengan cepat, terutama dalam hal diseminasi informasi,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD KLU, Putradi, saat ditemui pada Selasa (10/12/2024).
Simulasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk perwakilan Bank Dunia, BNPB, PMI, BMKG, BPBD KLU, serta fasilitator desa di Kabupaten Lombok Utara.
Selain itu, kegiatan ini juga dirancang agar masyarakat dapat lebih memahami pentingnya respons cepat terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.
“Bencana gempa dan tsunami memerlukan respons yang cepat dan tepat. Tujuan utama simulasi ini adalah untuk meminimalisir dampak kerugian yang mungkin timbul, dengan memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada masyarakat,” papar Putradi.
Lebih lanjut, Putradi menyebutkan isu megathrust yang dapat berpotensi memengaruhi wilayah selatan Lombok, meskipun Lombok Utara memiliki risiko yang lebih rendah.
Namun, meski demikian, penting bagi semua pihak untuk tetap waspada dan mempersiapkan diri.
“Kita juga harus memperhitungkan potensi risiko terhadap kawasan wisata seperti Gili Trawangan dan sekitarnya, yang mungkin belum sepenuhnya sadar akan ancaman ini,” ungkapnya.
Simulasi ini juga menekankan pentingnya koordinasi cepat antar berbagai lembaga, mulai dari Pusdalops yang mengawasi situasi secara nasional hingga BPBD KLU yang terlibat langsung dalam penanggulangan di lapangan.
“Bagaimana pusdalops melaporkan kondisi terkini ke pusat dan berkoordinasi dengan semua pentahelix menjadi kunci untuk menangani bencana dengan cepat dan mengurangi dampak kerugian,” tambah Putradi.
Selain di Lombok Utara, uji coba diseminasi informasi dan respon kesiapsiagaan juga dilakukan di wilayah Mandalika, Lombok Tengah.
Kegiatan ini bertujuan untuk menguji sejauh mana sistem koordinasi bencana berjalan dengan efektif di wilayah-wilayah yang rawan bencana.
“Tentunya, seluruh pihak yang terlibat dalam penanggulangan bencana, baik dari pemerintah, lembaga terkait, hingga masyarakat, berperan aktif dalam simulasi ini,” kata Putradi.
Simulasi ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam yang mungkin terjadi di masa depan, serta memastikan bahwa respon terhadap bencana bisa dilakukan dengan cepat, tepat, dan terkoordinasi dengan baik.(*)